Perubahan Sistem Pekerja di BJTI Port, Terwujudnya Peningkatan Produktivitas

Aktivitas Rubber Tyred Gantry (RTG) di BJTI Port

Laporan Redaksi: Beduar Sitinjak, SH

SURABAYA, {DETEKTIFnews.com}-Dengan keberanian pimpinan merubah sistem bekerja baik di bidang pelayanan Bongkar muat, juga akan merubah terwujudnya peningkatan produktivitas. Perubahan sistem kerja di Pelabuhan Berlian Jasa Terminal (BJTI Port) yang di rombak total oleh ide Pimpinan di perusahaaan tersebut, suatu pembuktian yang sama-sama menguntungkan terhadap pengguna jasa dan penyedia jasa.

Didukung dengan profesional serta kepintaran mengelolah bisnis kepelabuhanan yang berawal selalu ada evaluasi atau kekurangan untuk menyakinkan terciptanya pelayanan yang baik, sehingga Berlian Jasa Terminal Indonesia mencoba mengajak aktif para Stakeholder di Terminal Berlian dalam perubahan sistem pekerjaan bongkar muat dapat memahami dan saling membahu satu sama lain untuk bersatu lebih maju serta cepatnya layanan bongkar muat.

Perubahan yang sudah dilakukan sampai saat ini, sebagai bukti nyata dengan memahami arti produktivitas yang sebenarnya, berawal dari hasil rapat dan kesepakatan para Stakeholder serta terlebih para Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM). Tudingan dan citra TKBM adalah salah satu penyebab lambatnya bongkar muat (B/M) di Pelabuhan. Sehingga penyebab, bahwa kelambatan Bongkar Muat itu faktornya TKBM. “Hal itu berubah drastis setelah di evaluasi perubahan sistem pekerja di BJTI Port”, urai Hot R Marihot, Direktur Utama PT BJTI Port yang didampingi Warsilan, oktober lalu.

Selain itu, anak perusahaan PT Pelabuhan Indonesia (Persero)/Pelindo III ini juga selalu mengevaluasi kinerja di BJTI untuk melakukan perubahan-perubahan di semua lini baik secara teknis, maupun dalam hal pelayanan jam kerja Bongkar Muat maupun lainnya yang kesemuanya dalam rangka meningkatkan produktivitas.

“secara pasti, kami ingin melakukan perubahan. Kan ada tagar #BJTIBerubah, dan #BJTITerminal Perubahan,” ujar Hot Marihot.

Perusahaan BJTI melakukan perubahan yang signifikan adalah soal B/M, dengan memberlakukan pembayaran terhadap TKBM melalui satuan per box yang semula teknis pembayarannya per shift. BJTI pun tidak mempermasalahkan jumlah TKBM mau 12 orang atau 16, kendati ada aturan untuk BM peti kemas harus 12 orang. Namun, karena sudah ada kesepakatan dengan satuan per box dengan harga yang juga disepakati maka manajemen BJTI Port tidak ingin berpolemik dengan jumlah TKBM tersebut. “Saya tidak minta 12 orang atau 16, pokoknya kami bayar per box, soal itu terserah TKBM-nya,” terang Marihot

Dengan pola perubahan sistem seperti ini, berhasil diterapkan di terminal Berlian yang dikelola BJTI Port. Terbukti, pola ini awalnya diterapkan meningkatnya produktivitasnya hingga mencapai 100%. Sedangkan untuk saat ini masih rata-rata 75%. Ini dikarenakan kinerja TKBM semakin cepat, misalnya yang semula BM satu kapal membutuhkan waktu 48 jam, dengan perubahan pola ini bisa hanya 24 jam, jika perlu dengan cara bongkar zig-zag.

Akumulasi inilah yang mendongkrak produktivitas, tentu juga perubahan di lini yang lain turut membantu meningkatkan produktivitas. Misalnya, pergantian operator Rubber Tyred Gantry (RTG), semula para operator turun dulu, baru kemudian oparator penggantinya baru naik.

Sekarang, dibalik operator penggantinya naik dulu, kemudian operasional tidak sampai berhenti. Padahal, pola lama tersebut membuang waktu sia-sia kurang lebih setengah jam. Sehingga kurang efektif dalam waktu bekerja.

Taruhlah per jamnya BSH-nya 20, berarti kalau setengah jam hilang 10 BSH dikalikan jumlah RTG (Rubber Tyref Gantry) yang ada. Misalnya, punya 14 RTG berarti 140 BSH hilang, jumlah itu sama satu kapal.

“Sebetulnya, pola itu sudah dilakukan di terminal-terminal lain. Tapi, untuk di terminal BJTI cukup dahsyat efeknya,” tambah Direktur Operasi PT BJTI Port, Warsilan.

Pintu keluar masuk di BJTI Port dan tampak HMC (Harbour Mobile Crane) melakukan bongkar muat

Masih menurut Warsilan, perubahan juga dilakukan di gate/pintu pelayanan. Di gate ini tidak pernah tutup, walau jam istirahat dengan cara aplosan di waktu jam istirahat. Belum lagi soal pengisian BBM maupun maintenance alat harus dilakukan tidak pada saat sedang operasi. Apalagi, perbaikan harus dilakukan di jam- jam sepi.

“Agar tidak mengganggu operasional ya harus dilakukan di jam tertentu, harus jam 04.00 Wib dini hari – 08.00 Wib pagi. Karena, pukul 08.00 Wib sudah mulai produksi lagi,” tandas pria kelahiran kota Ronggolawe ini.

Disamping itu, BJTI Port pun selalu support dan menyediakan hal yang dianggap kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas. Misalnya, memberikan HT kepada TKBM.

“Pokoknya kalau untuk kepentingan peningkatan produktivitas, kami siap support kok. Yang penting kami saling pengertian,” tambah Hot.

Bukan itu saja, manajemen BJTI Port juga mendekatkan dan mengajak aktif para pegawai maupun TKBM. Agar terjadi keterbukaan serta komunikasi yang baik, dengan cara ngopi bareng, nonton bareng terlebih terhadap TKBM. Dengan harapan, mereka sadar dengan keselamatan.

Maka manajemen berusaha mengenalkan apa itu Health Safety and Security Environment (HSSE). Kemudian, apa itu alat pelindung diri (APD), dan kegunaannya. Harapannya, kinerja semakin bagus dan ber-impact pada kenaikan produktivitas. Maka BJTI Port menerapkan reward and punishment yang diberlakukan pada semua pelaku, mulai operator, TKBM maupun pelayarannya.

Untuk operator mendapat penghargaan insentif apabila kinerjanya bagus. Sementara, untuk TKBM sendiri, sebanyak 5 orang akan diberangkatkan umrah ke tanah suci. Dengan catatan, kinerjanya juga baik, dan tetap memiliki produktivitas tinggi sebagai penilaian utama. Tentu saja, jika produktivitasnya naik, jumlah orang yang diberangkatkan ibadah umrah bisa bertambah. “Ini pun berlaku sama bagi pelayaran,” kata Hot.

Lantas, bagaimana dengan pola punishment? Hot menjelaskan, hukuman pun juga diberlakukan jika yang bersangkutan tidak memenuhi capaian produktivitas atau melakukan hal tidak bagus. Misalnya, operator tidak dapat insentif atau dapat peringatan, bahkan sampai dikeluarkan.

“Hal yang sama juga dilakukan pada TKBM, kalau penilaiannya tidak bagus (kriteria produktivitas-red) tidak ikut diumrahkan. Bukan berarti kami kejam, tapi profesional dan proporsional,” lanjut Warsilan.

Alhasil, faktor keterlambatan bongkar muat yang selalu dialamatkan ke TKBM sebagai penyebabnya, kini terbantahkan. Bahkan, TKBM di Terminal Berlian lebih pro aktif dan kooperatif. Tidak jarang para TKBM di Terminal Berlian menanyakan jika tidak ada muatan.

Iklim kinerja yang kompetitif dan sehat ini harusnya ditiru terminal lain. Kalau pun masih ada keterlambatan B/M faktornya bukan karena TKBM-nya yang malas, melainkan ada faktor lain di luar TKBM.

“Misalnya kapal-kapal menunggu muatan dari Depo, dan ada lagi isu keterlambatan B/M karena pemasangan sepatu petikemas tidak bagus. Sehingga TKBM harus melepas satu per satu. Ini di luar kemampuan BJTI,” tutup Warsilan.

Seiring dengan perbincangan media ini dengan insial Ang sebagai Operator HMC usai kerja di BJTI mengatakan, memang benar kita dipacu untuk kerja demi kemajuan dan pelayanan kerja, sehingga produktivitas di perusahaan BJTI meningkat. Namun, segala hal kebutuhan operator selalu di perhatikan baik untuk kesehatan, jelasnya.

“Bukan hanya itu saja, sosok Dirut yang dinpimpin Hot Marihot memang tidak pilih-pilih teman untuk diajak bicara, dan beliau dekat kepada seluruh pekerja termasuk operarator. Ia mendekatkan diri bagi seluruh pekerja yang diajak minum kopi bersama untuk pendekatan agar apa keluhan dapat ditampung serta untuk bahan evaluasi perbaikan perusahaan sebagai jasa pelayanan yang sama-sama menguntungkan dengan stokeholder”, pintanya.

Keberhasilan Perubahan peningkatan produktivitas yang siknifikan ini, sejak awal diberlakukan usai penandatanganan bersama dilakukan. Pihak Usaha Karya TKBM Tanjung Perak juga mengiakan. “Perubahan baru yang di tetapkan BJTI dalam pengupahan pekerja, berapa jumlah orang yang bekerja mulai pagi, Shif satu, dua dan tiga. Berapa Produksi yang diperoleh pekerja TKBM sesuai boks/geng yang di bongkar itu yang dibayar”, aku A. Koliq Wakil Ketua Koperasi Usaha Karya Tanjung Perak.

Dalam hitungan harga boks ini, yang menjadi menarik adalah ada juga mendorong semangat pekerja TKBM bekerja di BJTI. Yaitu sesuai rapat dengan mereka, akan memberangkatkan umroh bagi pekerja yang baik sebanyak 5 orang/tahun, urainya.

Adanya penerapan itu, yang ditandatangani bersama dan bagi apresiasi yang bekerja di BJTI, pihak TKBM mengucapkan terimakasih yang setiap tahun bekerja di Berlian itu akan di berangkatkan untuk umroh sesuai penilaian bagi pekerja yang baik, harap Koliq. {ADV}