SURABAYA, {DETEKTIFNEWS.com}-Untuk memenuhi kebutuhan tingginya perkembangan bongkar muat barang logistik maupun ekspor/impor dan bidang jasa pelayanan kepelabuhanan, maka Berlian Manyar Sejahtera (BMS) akan mengembangkan membangun dermaga ekseting.
Dengan kenyataan dari data yang dihimpun TETOPONG, bawhwa BMS Selama beroperasi sekitar 3 tahun, traffic arus barang, kinerja dan pelayanan usaha bongkar muat barang (stevedoring) Pelabuhan BMS mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Sementara, dari segi okupansi dermaga (BOR) di PT BMS, terus memacu kinerja bongkar muat BMS guna memperlancar logistik nasional ini menguraikan, performance rata-ratanya mencapai 54,7%, terhitung mulai tahun 2016 hingga 2018 sebesar 56%. Mengacu pada Standart UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development), di sisi pedoman keterisian dermaga curah kering jika mencapai batas maksimum 60% dianjurkan untuk membangun tambahan dermaga.
Agar dapat menjaga performa secara stabil. Karena, kalau lebih dari angka tersebut, maka akan terlihat waktu tunggu kapal yang akan sandar semakin tinggi.
Daru menjelaskan pada Wartawan, dengan kapasitas eksisting produksi sandar kapal di dermaga PT BMS yang mencapai 1.620.000 ton per tahun dan ketersedian fasiltitas 2 tambatan, Crane kapal serta Grabe-hopper di tahun 2019, tak heran jika nantinya di tahun depan, akan ada penambahan fasilitas dan alat.
Fasilitas tambahan tersebut berupa 4 unit Railed Mobile Portal Crane (RMPC) serta penambahan dua tambatan yang diperkirakan kapasitas dari berthing okupansi menjadi 5.420.000 ton, tutur Daru, Jumat (21/2/2020).
“Harapannya, dengan adanya realisasi ekspansi dermaga, ke depannya dapat memperlancar arus logistik nasional, seperti yang dicanangkan PT Pelindo III dengan keberadaan pelabuhannya sebagai bagian terpenting dari konektivitas arus barang di wilayah Indonesia,” ingatnya.
Selain itu, adanya rencana pembangunan smelter milik perusahaan pertambangan raksasa PT Freeport Indonesia (FI) di Manyar, Gresik semakin membuka peluang terbukanya industri lain di kawasan tersebut. Tak menyiakan kesempatan ini, PT. Berlian Manyar Sejahtera (BMS) selaku pengelola dermaga di wilayah industri terintegrasi, Java Integrated Industrial Estate (JIIPE) pun urun dukungan melalui pengembangan pelabuhan tersebut.
Daru Wicaksono, Direktur Utama (Dirut) PT BMS menambahkan, rencana mengembangkan dermaga yang dikelolanya tersebut. Selain untuk menjaga stabilisasi biaya logistik dan kapasitas produksi bongkar muat barang, pembangunan dermaga BMS ini sekaligus mendukung kegiatan smelting FI di JIIPE.
“Pembangunan dermaga dan fasilitas ini, salah satunya juga untuk mendukung kegiatan smelter di JIIPE,” ungkap Daru.
Kata Daru, pembangunan fasilitas berupa pelebaran dan penambahan panjang dermaga eksisting tersebut guna memperluas area bongkar muat kapal. Otomatis, perluasan tersebut semakin meningkatkan kapasitas pelabuhan, dan memberikan keleluasaan pilihan costumer maupun pelanggan seperti di Tanjung Perak, Surabaya.
“Sekarang masih melayani dua kapal, atau sebulan 4 kapal. Tapi, ke depan, prediksi kami sehari bisa 4 kapal atau bahkan lebih,” yakinnya.
Usai kunjungan mendampingi Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (Wamen BUMN) I, Budi Gunadi ke proyek dermaga PT BMS yang juga cucu usaha PT Pelindo III (Persero), Daru menjelaskan, guna mengoptimalkan kinerja dari keterisian dermaga, BMS telah melakukan pemancangan pada awal Desember 2019 dengan memanjangkan dan melebarkan dermaga.
Disebutkan, panjang dermaga yang sebelumnya 250 meter dijadikan 500 meter, dan pelebaran dermaga dari sebelumnya 30 meter menjadi 50 meter. Hal ini, kata Daru, sebagai tindak lanjut eskalasi peningkatan kapasitas dermaga eksesting yang telah beroperasi sejak 2016 lalu.
“Usaha meningkatkan produktivitas logistik di BMS terus kami genjot. Mengingat, kami ini sebagai penyedia jasa kepelabuhanan di JIIPE dan Manyar-Gresik,” ujar Daru.
Untuk itu, BMS harus melakukan percepatan pembangunan infrastrukturnya. Dengan harapan, arus distribusi barang antara industri dan pelabuhan dapat berjalan lancar. “Jadi, nantinya nggak cuma nunggu (kapal, red), tapi ada pilihan untuk sandar. Ujungnya adalah penurunan biaya logistik,” rinci Daru.
Wamen BUMN I, Budi Gunadi, Sabtu (15/2/2020), telah berkunjung ke JIIPE, dalam rangka meninjau proyek pembangunan smelter milik PT Freeport Indonesia di JIIPE, Wamen Budi juga menyempatkan berkeliling melihat area proyek pengembangan pelabuhan milik PT BMS.
Sementara, PT Freeport Indonesia menjadi salah satu industri yang membangun pabrik smelter di Kawasan Industri Gresik JIIPE. Pabrik pengolahan konsentrat yang kini masih dalam proses pekerjaan pemadatan tanah tersebut akan beroperasi sekitar, Desember 2023. Pembangunan smelter atau pabrik pemurnian tambang tersebut menggunakan lahan sewa seluas 100 hektar di JIIPE milik Pelindo III dan PT AKR Corporindo Tbk di Manyar, Gresik, Jawa Timur.
Nantinya, pabrik berkapasitas 550.000 ton katoda ini akan mengolah 2 hingga 3 juta konsentrat yang dipasok dari Kabupaten Mimika, Papua. Alasan dibangunnya smelter di JIIPE ini, karena Indonesia merupakan pasar terbesar, khususnya industri manufaktur.
Berdirinya pabrik smelter tersebut, ditargetkan dapat memenuhi kebutuhan konsentrat tembaga, gipsum, asam sulfat, maupun lumpur anoda ke beberapa industri.
Sumber yang dihimpun media ini, bahwa PT Freeport Indonesia rela mengucurkan anggaran yang nilainya mencapai US$3 miliar atau sekitar Rp. 42 triliun. Hingga saat ini, PT Freeport Indonesia dikabarkan telah merogoh kocek sekitar US$150 juta untuk persiapan pembangunan smelter, mulai dari desain, pembayaran sewa lahan, hingga pemadatan tanah di Pelabuhan kawasan JIIPE Manyar Kabupaten Gresik, Jawa Timur. {JAcK}